Tuesday, May 15, 2007

Islam's Royal Family Bagian 5

Islam's Royal Family part 5: ALI
http://www.answering-islam.org/Silas/rf5_ali_muawiya.htm

LIHAT BAB2 SEBELUMNYA :

PART 1 Warisan Muhamad
http://www.indonesia.faithfreedom.org/forum/viewtopic.php?t=10144
Part 2 Abu Bakr, Ali, Abu Sofyan
http://www.indonesia.faithfreedom.org/forum/viewtopic.php?t=9755
Part 3 Usman
http://www.indonesia.faithfreedom.org/forum/viewtopic.php?t=9753
Part 4 Ali vs Aisyah
http://www.indonesia.faithfreedom.org/forum/viewtopic.php?t=10848

BAGIAN 5: ALI vs MU’AWIYAH
PERANG SAUDARA BERLANJUT

PENDAHULUAN

Setelah pasukan Ali melawan pasukan Aisha dlm Perang Onta, genangan darah mayat ke-12.000 Muslim meresap kedalam pasir gurun dekat Basra. Belum lagi derita puluhan ribu orang terluka. Ali mengawasi pemandangan menyedihkan ini dan tidak terlalu gembira dgn kemenangannya. Dia baru saja mengalahkan tiga orang pengikut yg paling dikasihi Muhammad : Aisha, Talha dan az-Zubayr. Kedua tokoh terakhir itu khususnya dijanjikan jaminan surga oleh Muhammad. Tapi terlepas dari kebesaran mereka semua, darah mereka tetap mewarnai pasir gurun. Tokoh2 besar Islam ini dibunuh oleh sesama muslim !

Bab satu dari periode resmi “Fitnah” Islam, atau pemberontakan, baru saja berakhir, dan bab dua dimulai. Konflik dan dendam yg berkepanjangan antara Muhammad dan Abu Sufyan mencuat kembali. Dalam bab ini, konflik adalah antara Ali (menantu Muhammad) vs Mu’awiyah (Anak dari Abu Sufyan).

Mu’awiyah bisa disebut orang baru dalam hal permainan politik religius. Ayahnya adalah seorang politisi kawakan. Dipaksa utk memeluk Islam dibawah ujung pedang, Abu Sufyan memainkan peribahasa kuno: “jika kau tidak bisa mengalahkan mereka, bergabunglah dg mereka.” Ia menjadi muslim. Sufyan bekerja keras utk mendapat keistimewaan khusus dari Muhamad dan memastikan agar anak cucunya juga mendapatkan kekuatan politik yg sama. Dan itulah yg terjadi: ketika anaknya tidak terpilih menjadi Kalifah, Sufyan mengatakan bahwa kesalahan ini akan dilunasi dgn kucuran darah.


KONFLIK BERIKUT DIMULAI
Lokasi : IRAK

Dalam Tabari volume 17 halaman 2, [1], Ali menunjuk Abdallah b. Abbas, keponakan Muhamad, sebagai wakilnya di Basra. BTW, Ibn Abbas adalah orang yg tadinya menjelekkan Ali didepan Umar – lihat Bagian 2 – atau Sahih Muslim, buku 019, Nomor 4349. (Ini saja sudah menunjukkan keakraban antara sesama anggota keluarga besar Muhamad ! ) Ali lalu maju ke Kufa, sebuah kota yg menjadi ‘markas’nya. Disana ia meminta masukan dari para penasihatnya yg justru memberikannya masukan yg saling bertentangan.

Sementara itu, Mu’awiyah, setelah mendengar rencana Ali, memanggil Amr dan minta nasihatnya… Kata Amr, “Karena kau telah mendengar Ali sedang menuju kesini, siapkan dirimu dan yakinlah ketika berhadapan dgnya dg pendapat dan strategimu.” Mu’awiyah menjawab, “Kalau begitu, Oh Abu Abdallah, siapkan orang2 !”

Amr menurut dan utk merendahkan kekuatan Ali dan pengikutnya, dia bilang, “Orang2 Irak terpecah belah, ini melemahkan kekuatan dan menumpulkan ketajaman mereka. Terlebih lagi, orang2 Basra menentang Ali yg telah melukai mereka dan mendatangkan kematian pada sanak saudara mereka. Pemimpin2 mereka dan pemimpin2 Kufa saling bunuh-membunuh dlm Perang Onta. Ali lolos dg segelintir pengikutnya, diantara mereka ada yg telah membunuh kalifahmu. Takutlah akan Allah, ambil hakmu utk melakukan pembalasan dan jangan biarkan darah Usman tidak terbalaskan.” (halaman 2)

Seraya persiapan konflik sedang berlanjut, Mu’awiyah dg pintar mencari dukungan dari mereka yg mengritik Ali…

“Dia menulis pada siapa saja yg dia pikir takut akan Ali atau telah bicara jelek mengenai Ali dan pada siapapun yg menganggap kucuran darah Usman adalah masalah besar dan dia minta pertolongan mereka2 ini utk melawan Ali.” (halaman 3)

Begitu orang2 Ali maju kearah SIFFIN, beberapa kota menolak membantu mereka. Ancaman2 mati membuat orang2 kota ini terpaksa membantu gerak barisan mereka.

PERANG SIFFIN

Rangkaian awal perang terjadi dg cepat. Barisan depan Ali melawan pasukan Syria. Ali mengirim seorang tangan kanannya, Al-Ashtar (salah seorang yg ikut dalam pembunuhan Usman), utk memperkuat barisan depannya.

Yang paling berarti dari semua pertempuran kecil ini adalah yg disebut “Perang dekat Perairan (The Battle by the Water).”

Tabari mengutip pengikut Ali:

“Ketika kita mendekati Mu’awiyah, kita lihat dia telah mendirikan perkemahan pada sebuah ruang yg luas dan datar, yg telah dia pilih sebelum kita tiba, disisi perairan di Euphrates. Didaerah itu tidak ada tempat lain lagi utk mendapatkan air, dan Mu’awiyah menguasainya dan mengirim Abu al-A’war utk menghalangi akses kesana dan menjaganya. Kita maju terus ke bagian atas Euphrates dg harapan menemukan tempat utk minum, tapi tidak menemukannya dan kembali menghadap Ali. Kita bilang padanya mengenai kehausan yg melanda pasukan dan kita tidak menemukan tempat lain utk air kecuali yg diduduki musuh, katanya, “Lawan mereka utk itu.” (Tabari, volume 17, halaman 11).

Disini kita diberi gambaran akan kepemimpinan yg kuat dan kebulatan tekad dari Ali. Pengikutnya mengalahkan Mu’awiyah dan mendapat akses ke sumber air tsb. Ali telah mengucurkan darah pertama, dan dia serta para pengikutnya (kebanyakan orang2 Kufa dan Basra), membuktikan keberanian mereka.

Setelah ini terdapat rentetan dialog2 dan manuver2, tapi tidak ada yg patut dicatat. Ali meminta Mu’awiyah utk taat padanya dan bersatu bersama dg Muslim2 lain. Mu’awiyah menjawab bahwa jika Ali menghukum para pembunuh Usman, yg beberapa diantaranya bergabung dg Ali, maka ia akan tunduk pada Ali. Namun keduanya tidak mau mengalah shg pertempuran2 kecil dan perang kata2 terus berlanjut. Dan ujung2nya, Muawiyah menuduh Ali sbg pembunuh Usman karena memperlambat pertolongan kepadanya karena ia (Ali) menginginkan jabatannya. Ali tentu mencoba membantahnya dst dst. (Bagi yg ingin membaca pernyataan2 mereka secara lengkap, silahkan baca versi terjemahan seluruhnya dlm artikel yg menyusul post ini)

...

Perang terus berlangsung hari demi hari. Ada kalanya orang2 Ali bertahan, tapi hasil akhirnya tidak begitu berarti.

Orang yg terpandang lain adalah Ubaydallah bin Umar bin al-Khattab – anak dari kalifah kedua, Umar – menguraikan. Setelah Usman dibunuh, dia bergabung dg Mu’awiyah. Sekarang, dia memimpin pasukan sayap Mu’awiyah.

...

Dialog penting lain berlangsung antara seseorang (pro Usman) dgn Hashim b. Utbah (pro-Ali) yg menggambarkan posisi Ali dan para pengikutnya dalam pembunuhan Usman….

Hashim bilang padanya: “Apa urusanmu dg Ibn Affan (Usman) ? Sahabat2 dekat Muhammad dan anak2 dari sahabat2nya dan qurra (?) rakyatLAH yg membunuhnya (Usman) karena dia (Usman) melakukan perubahan2 dan menentang ke-absahan Quran. Mereka adalah orang2 saleh dan lebih pantas menangani urusan rakyat ketimbang kau dan rekan2mu. Saya percaya bahwa urusan2 mukminin tidak diabaikan bahkan hanya utk sesaatpun. (hal 71).

Ini jelas menunjukkan bahwa Ali tidak punya maksud utk menghukum para pembunuh Usman… Dia malah merekrut mereka! Ali secara mutlak telah membenarkan pembunuhan.


KESIMPULAN DARI PERANG SIFFIN


Perang setiap hari berlangsung dan orang2nya Ali biasanya selalu diatas angin. Pengikut Ali terus mendapat kekuatan dan menekankan keuntungan ini. Situasi telah menjadi kritis bagi Mu’awiyah. Amr, jendralnya Mu’awiyah, sadar bahwa ombak telah berbalik kearahnya dan memberi Mu’awiyah strategi baru….

Ketika Amr b. al-As (?) melihat menguatnya posisi kaum Irak (Ali) dan takut ini akan membawa kehancuran, dia bilang pada Mu’awiyah;

“Bagaimana jika aku usulkan sesuatu yg akan menambah persatuan kita dan memecah belah mereka?” “Baik,” kata Mu’awiyah. Amir berkata, “Kita akan mengangkat masahif (halaman2 Quran) dan berkata, “Isi buku ini berkuasa dlm perselisihan kita. Bahkan jika ada dari mereka yg menolak menerimanya, kau akan mendapatkan sebagian dari mereka akan berkata, “Tentu saja, ya, kita harus terima,” dan mereka akan terpecah belah. Jika, dilain pihak, mereka bilang, “Ya, tentu saja, kita terima apa yg ada didalamnya,” maka kita sudah lepas dari beban pertempuran ini utk sementara waktu.” Jadi mereka mengangkat masahif diujung2 tombak mereka dan berkata: “Buku Allah ini ada diantara kau dan aku. Siapa yg akan melindungi garis depan distrik Syria (dipimpin Muawiyah) jika mereka semua musnah, dan siapa yg akan melindungi Irak (dipimpin Ali) jika mereka semua musnah?” Ketika para pengikut Ali melihat masahif diangkat, mereka berkata, “Kita menjawab buku Allah, dan kita bertobat padanya.” (hal. 7)

Tipuan Amr berhasil ! Para pengikut Ali terpecah2, dan mereka menuntut Ali utk mengadakan negosiasi. Ini tidak menyenangkan Ali….

Ali berkata, “Para abdi Allah, lanjutkan pertempuran dg musuhmu, karena kalian memegang kebenaran dan yg benar ada dipihakmu. Mu’awiyah, Amir, Abi Muayt, Habib Maslamah, Ibn Abi Sarh (seorang yg membuat ayat2 Quran dg ijin Muhammad), dan al-Dahhak adalah orang2 tidak beragama dan tidak percaya Quran. Aku mengenal mereka dg baik dibanding kalian, karena aku bersama mereka dari kecil hingga dewasa, dan mereka adalah anak2 yg terburuk dan orang dewasa yg terburuk. Mereka tidak mengagungkan masahif dan tidak tahu apa isinya. Mereka mengangkat itu hanya utk menipumu, utk melicikimu.” Mereka menjawabnya, “Jika kita dipanggil pada buku Allah, kita harus menjawab.” Kata Ali pada mereka, “Satu-satunya alasan aku melawan mereka adalah agar mereka mengikuti otoritas dari buku ini, karena mereka telah tidak patuh pada Allah pada apa yg Dia perintahkan dan mereka melupakan perjanjianNya dan menolak bukuNya.” (hal 79).

Dialog berakhir dg desakan para pengikut Ali agar ia bernegosiasi atau mereka akan berbalik melawannya dan menyerahkannya pada Mu’awiyah.

...

Ali hampir menang, tapi akhirnya oleh kelihaian Amr dan Mu’awiyah. Kemenangan yg sudah didepan mata berbalik menjadi alat yg akan menyusahkannya dan menghantar pada kematiannya.

Seraya konflik diperkemahan Ali menjadi semakin ganas, ia sadar ia harus bergerak cepat utk menyelamatkan kesempatan utk menang. Sebab itu ia berkompromi dan setuju utk negosiasi, mengharapkan hasil yg akan menguntungkan dia…

NEGOSIASI

Negosiasi dimulai dg buruk. Masing2 negosiator saling menghina dan menjelek2an satu sama lain dg mengutip ayat2 Quran dan melemparkannya ke yang lain (Ayat 7.175: Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian dia melepaskan diri daripada ayat-ayat itu lalu dia diikuti oleh setan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. Versus ayat 62.5: Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang lalim.)

(istirahat dulu ah ... pusing !)

Dan situasi semakin memburuk bagi Ali…

Orang2 kita berkata, “Kita senang dan menerima.” Orang2 Syria berkata, “Kita telah memilih Amr b. al-As,” dan al-Ashath dan mereka yg menjadi Khawarij setelahnya berkata, “Kita puas dg Abu Musa al-Ashari.” Ali berkata” “Kau tidak mematuhiku saat permulaan masalah ii; jangan menentangku sekarang. Aku tidak punya pikiran utk memberi kekuasaan pada Abu Musa.” Tapi al-Ashath, Zayd b. Husayn dan Misar b. Fadaki memaksa, “Kita tdk temukan orang lain lagi yg dapat diterima: Apa yg telah dia peringatkan pada kita telah kita masuki.” Ali berkata, “Kuanggap dia tidak dapat dipercaya. Dia berpisah dariku dan menyebabkan orang2ku mengabaikanku. Kemudian dia lari dariku hingga aku beri dia keamanan setelah beberapa bulan. Tapi ada Ibn Abbas; kita akan memberinya kekuasaan dalam hal ini.” Mereka menjawab, “Tidak ada bedanya bagi kita apa itu anda atau Ibn Abbas… Ali berkata, “Apa kalian menolak siapapun selain Abu Musa?” dan mereka menjawab, “Ya.” Ali berkata, “Kalau begitu lakukan apa yg kalian mau.” (hal 82 dan 83).

Kau dapat merasakan kesedihan dan kepedihan dalam kalimat2 Ali. Kerajaannya runtuh didepan matanya. Jatuh kedalam akal bulus Amr, pasukan terpercayanya berpaling darinya. Ditambah sekarang mereka menuntutnya utk menunjuk orang dungu, Amr Usa, menjadi negosiatornya. Ali melihat malapetaka didepan matanya : kegagalan dan kejatuhan dari kekalifahannya, dan dia tidak berkuasa menghentikannya.

Dan ini belum apa2. Bahkan ketika dokumen negosiasi dibuat, gelar Ali, “Komandan Mukminin” ditentang. Amr, negosiator Mu’awiyah yg lihai itu, mempermalukan Ali, persis seperti Muhammad mempermalukan kaum Quraysh di Hudaybiyyah.

Mereka awalnya menulis: “Demi Allah, maha pengampun dan penyayang. Inilah yg ditetapkan Ali, sang Komandan Mukminin.” Tapi Amr menghardik berkata, “Tulis saja namanya dan nama bapaknya, karena dia komandanmu, bukan komandan kami.” Al-Ahnaf berkata pada Ali, “Jangan menghapus gelar Komandan Mukminin, karena aku taku jika kau hapus, mereka tidak akan pernah mengembalikannya padamu … (Tapi ….) … tapi akhirnya gelar itu dihapus juga.” (hal 84).

Masalah Ali semakin membengkak. Ia meninggalkan medan perang, dan ingin menunggu hasil negosiasi. Tapi, orang2 yg memaksa dia utk memilih negosiator telah berubah pendirian. Orang2 ini menjadi dikenal sebagai Khawarij. Sekarang, mereka merasa Ali telah salah dalam memilih negosiator,d an memaksa dia utk berbalik dan melawan Mu’awiyah. Mereka mulai melawan Ali (hal 90).

Salah seorang dari mereka mengatakan:

“Mereka bilang: “Ali punya dukungan yg sangat kuat dan dia memecahnya, dia punya benteng yg kokoh dan dia robohkan itu. Berapa lama yg dia butuhkan utk membangun semua yg dia hancurkan dan utk menyatukan mereka yg terpecah?””… (hal 95).

Komentar dan pengamatan lain dari para pengikutnya…

“Demi Allah, Ali tidak melakukan apa2. Dia pergi dan lalu kembali tanpa apapun.” … Mereka pergi ke Siffin bersama Ali dg penuh rasa sayang dan cinta persaudaraan, dan mereka kembali dg kebencian dan rasa permusuhan satu sama lain. (Hal 90)


Khawarij protes terhdp Ali


Akhirnya, kaum Khawarij memprotes negosiasi yg dilakukan Ali. Ali bilang, wong mereka yg memaksanya utk bernegosiasi, dan sekarang tidak ada pilihan lain selain mematuhi hasil negosiasi tsb. Ini tidak memuaskan mereka, dan mereka menyatakan bahwa Ali sekarang sama saja dgn kafir2 Syria. Sekali lagi, Ali menunjukkan bahwa mereka yg menekannya utk menunjuk seorang negosiator. Balas mereka;

“Memang kau benar, tapi itu adalah karena kekafiran dipihak kami dan kini kami berpaling pada Tuhan utk tobat. Bertobatlah seperti kami dan kami akan memberimu sumpah setia; jika tidak kami akan menentangmu.” (hal 103).

(Muslim paling jago NGANCEM TERUSSssss ... )

Waktu terus berjalan, dan negosiasi patah total. Amr jauh lebih cerdik dari Abu Musa. Musa, sadar akan kesalahannya, berseru;

“Apa yg kau lakukan, semoga Allah menggagalkannya ! Kau berlaku curang dan tidak jujur. Kau seperti anjing yang, jika diserang, akan menjulurkan lidahnya, atau jika dibiarkan, akan tetap juga menjulurkan lidah.” Amr menjawab, “Dan kau seperti monyet yg membawa tulisan2.” (hal 109, 110).

Setelah kejadian ini orang2 Syria dg resmi mengangkat Mu’awiyah sebagai Kalifah mereka. Ali memohon kutukan pada Mu’awiyah dan para pengikutnya.

Ali bersujud memohon, “Ya Auloooh ... jatuhkan kutukan pada Mu’awiyah, Amr, Abu al-Awar al-Sulami, Habib b. Maslamah, Abd al-Rahman, b. Khalid, al-Dahhak b. Qays, dan al-Walid b. Uqbah.”

Mu’awiyah mendengarnya dan ia juga mulai mengutuk Ali, Ibn Abbas, al-Ashtar, al-Hassan dan al-Husayn (anaknya Ali) (hal 110).

Para kalifah muslim yg saleh2 ini saling kutuk mengutuk, juga terhadap teman2 dan keluarga mereka. Sama seperti Muhammad memanjatkan doa utk memohon kutukan bagi NONMuslim.

Seiring berlalunya waktu, Mu’awiyah menjadi bertambah kuat dan Ali semakin lemah. Awalnya, Ali kesulitan membentuk pasukan, tapi dia tetap memaksa utk membentuk pasukan yg cukup dan siap utk memerangi Mu’awiyah. Para pengikutnya kehilangan kepercayaan padanya dan mereka letih berperang tanpa hasil. Tapi sebelum menghadapi Muawiyah, Ali harus terlebih dahulu membereskan Khawarij.

Para Khawarij awalnya sadar bahwa situasi mereka sulit dan berkelana ketempat2 dimana mereka dapat mendirikan domain islam yg cocok bagi mereka. Mereka menjarah, menyiksa dan membunuh muslim2 lain sepanjang perjalanan mereka. Tapi menghadapi pasukan Ali, mereka hancur. Perang ini dikenal sebagai Perang Canal, th. 37AH.


...

Ketika Ali selesai dg orang2 Nahrawan (Para Khawarij), dia memuji Allah dan bersyukur dan katanya pada para pengikutnya, “Allah berpihak pada kita dan memperkuat kemenangan kita, jadi arahkan dirimu langsung kepada musuhmu.” Namun mereka menjawab “Wahai, Komandan Mukminin, panah2 kami letih, pedang2 kami tumpul, ujung tombak kami terbelah dan banyak yg patah. Kembalilah ke kota garnisun kita (Kufa) dan mari kita membuat persiapan baru. Sekiranya Komandan bisa menambah peralatan yg akan membuat kita menjadi lebih baik lagi dalam menghadapi musuh.” . .. Tapi ternyata mereka tidak melakukannya maupun mempersiapkan diri mereka. (hal 135, 13 6).

Ali yg malang! Sekali lagi, kemungkinan menjadi selebriti (Kalifah Utama) lepas dari tangannya seperti air: semakin keras kau genggam, semakin sedikit yg kau dapat. Ali mencela mereka sebagai orang2 lemah, tidak bisa diandalkan dan pengecut. Banyak dari orang2 ini telah bertempur disisinya bertahun2 dan menanggung luka2 baginya. Mereka lelah dan tidak lagi percaya pada orang yg tidak pernah menggolkan rencananya tanpa cekcok. Mereka letih dgn pembunuhan dan kematian yg semuanya hanya bagi kejayaan Ali semata2.

Inilah permulaan dari akhir perlawanan agresif Ali melawan Mu’awiyah. Momentumnya telah berpindah. Tapi ... tunggu dulu, masih ada kejadian berbahaya lain yg akan terjadi dalam kehidupan Ali sesaat lagi.

PUTERA ABU BAKR: PEMBUNUH USMAN

Meski Ali melemah, Mu’awiyah belum selesai dgnnya. Bukannya langsung menghadapi Ali, Mu’awiyah mengejar tangan2 kanan Ali. Dia memalingkan perhatiannya pada tanah yg kaya di Mesir. Disini, Ali telah menunjuk Muhammad b. Abu Bakr sebagai gubernur Mesir. Dia adalah anaknya Abu Bakr, Kalifah pertama, sobat baik dan mertua Muhammad, ayah Aisha. Muhammad b. Abu Bakr dituduh memimpin sekelompok pembunuh Usman. Kesempatan muncul sendiri pada Mu’awiyah dan dia mengirim pasukan melawan Muhammad b. Abu Bakr.

Ingat, tuduhan utama Muslim terhdp Ali adalah karena ia menolak utk menghukum para pembunuh Usman. Mereka mengklaim bahwa ia menyokong pembunuhan itu dan bahkan memberi perlindungan kpd para pembunuh. Muhammad b. Abu Bakr adalah salah seorang tertuduh pembunuh tsb. Ada yg mengatakan bahwa ia ada dirumah Usman pada malam terjadinya pembunuhan. Tapi ada juga laporan yg sama sekali tidak menyebutnya, dan sampai hari ini, komunitas Islam berbeda pendapat ttg keterlibatannya. (Ini salah satu diantara banyak perbedaan pendapat diantara kaum Muslim )

Tapi sekarang, meja telah berbalik! Pasukan Mu’awiyah bertempur melawan Muhamad bin Abu Bakr dan mengalahkannya. Pasukan Muhamad meninggalkannya. Orang2 Mu’awiyah mengejar Muhamad dan menangkapnya. Adegan akhir dari konfrontasi ini terjadi antara Mu’awiyah dan Muhamad…

Mu’awiyah berkata padanya, “Aku membunuhmu utk membalas Usman.” Muhamad bertanya, “Apa urusanmu dg Usman? Dia bertindak tidak adil dan menolak otoritas Quran dan Allah telah berkata, “Mereka yg tidak menghakimi dg apa yg telah Allah turunkan, mereka adalah orang2 tidak bermoral.” Kita melawannya dan membunuhnya, tapi kau memberinya kepantasan utk itu, kau dan mereka yg sepertimu. Allah telah membebaskan kita – Kehendak Allah - dari dosa kita, tapi kau mendapat bagian dalam perlawanannya dan besarnya dosa2 dia, dan orang yg memperalatmu juga sama saja.”

Muhamad bin Abu Bakr mengaku membunuh Usman dan pedang Mu’awiyahpun melayang. Lalu dia (Muawiyah) membuang mayatnya (Muh Abu Bakr) ke antara mayat keledai dan membakarnya (hal 158).

ahhhh ... damainya Islam ...

Ingat bagaimana Abu Sufyan meramalkan bahwa pertumpahan darah diperlukan utk membetulkan kesalahan terpilihnya Abu Bakr sebagai Kalifah ? Putera Abu Sufyan (Muawiyah) baru saja membunuh putera Abu Bakr (Muhamad) secara brutal.

Mendengar kejatuhan Mesir ke tangan Mu’awiyah, Ali menjadi sangat sedih. Sekali lagi dia terlambat memberi pertolongan. Selama beberapa tahun ia melihat daerah kekalifahannya runtuh satu demi satu. Nasib Gelombang ketidakberuntungan terus menghantamnya. Orang2nya menentangnya, tangan kanan yg paling dipercayanya mati terbunuh ... Dalam keputus asaan, Ali menulis pada ibn Abbas…

“Sekarang Mesir telah ditaklukan dan Muhammad b. Abi Bakr telah menjadi martir… Pada permulaan aku berdiri diantara orang2ku dan memerintahkan mereka utk menolongnya sebelum bencana ini muncul. Aku terus menerus memanggil mereka, baik secara diam2 maupun secara terang2an. Ada yg datang dg tidak sukarela, ada yg beralasan utk tidak datang dan ada yg hanya diam saja ditempat. Aku tanya Allah agar Dia memberiku jalan keluar dan agar dia mengantarkanku jauh dari mereka. Demi Allah, jika saja aku tidak begitu berhasrat utk mati di jalan Allah, aku tidak ingin tinggal bersama2 orang2 ini meskipun utk satu hari…” (hal 164).


Selingan : PEMBUNUHAN PARA KRISTEN

Sama seperti Muhamad mengijinkan pembunuhan terhdp murtadin, Ali juga melakukan hal yg sama. Dibawah ini adalah beberapa kejadian bagaimana Ali dan orang2nya menyiksa dan membunuhi Kristen.

Diantara mereka terdapat orang2 Kristen yg telah memeluk Islam, tapi ketika timbul perselisihan diantara orang Islam, kaum eks-Kristen itu berkata, “Demi Allah, agama yg kita tinggalkan lebih baik dan lebih benar daripada agama yg diikuti orang2 ini. Agama mereka (Islam) tidak menghentikan mereka dari pertikaian berdarah, meneror jalan2 dan merampoki harta milik.” Dan mereka kembali keagama semula mereka. Orang2 Al-Khirrit bertemu mereka dan berkata, “Terkutuklah kalian ! Tahukah kalian akan hukuman Ali bagi Kristen yg memeluk Islam dan kemudian kembali ke Kristen ? Demi Allah, dia tidak mendengar apapun yg mereka katakan, dia tidak peduli dgn alasan mereka, dia tidak akan menerima tobat apapun .... Hukumannya adalah langsung pancung kepala jika kau temui orang seperti itu.” (hal 187, 188).

“Aku berada dalam pasukan yg dikirim oleh Ali Abi Talib utk melawan Banu Najiyah…. Komandan kami bertanya pada salah seorang dari kelompok ini, “Kamu ini apa? Dan jawab mereka, “Kami orang2 kristen yg tidak menganggap agama2 lain lebih baik dari agama kita, dan kami memegang erat pandangan kami itu.” Komandan berkata pada mereka, “Pergilah.” Dia bertanya pd yg lain, “Kamu ini apa?” Dan kata mereka, “Kami Kristen, tapi kami sekarang memeluk islam, dan kami memegang erat keislaman kami.” Kata Komandan, “Pergilah!” kemudian pada kelompok ketiga, “Kamu ini apa?” dan kata mereka, “Kami tadinya Kristen, kami memeluk Islam tapi kami pikir, agama kami yg dulu lebih baik dari yg baru.” Kata komandan pada mereka, “Terima Islam!” tapi mereka menolak. Dia bilang pada orang2nya, “Jika aku menggosok kepalaku tiga kali, serang mereka, bunuh orang yg melawan dan tangkap sisanya.” (hal 188).

Tapi ada satu orang tua diantara mereka, seorang Kristen yg dipanggil al-Rumahis bin Mansur, yg berkata, “Demi Tuhan, satu2nya kesalahan yg pernah kuperbuat sejak memakai akal adalah melepaskan agamaku, agama kebenaran, karena punyamu adalah agama kejahatan. Tidak demi tuhan, aku tidak akan meninggalkan agamaku dan aku tidak akan menerima agamamu selama aku hidup.” Maqil membawanya maju dan memotong kepalanya.” (hal 191).

“Utk para Kristen, kami tawan mereka dan menjadikan mereka sbg peringatan bagi orang2 yg mengikuti mereka dg menolak jizyah (pajak pemerasan), agar mereka tidak berani melawan agama dan komunitas kami, karena orang2 itu tidak dianggap dan punya status rendah. (hal 192).

Masqalah memanggil satu orang Kristen dari Banu Taghlib, namanya Hulwan, utk pergi ke Nuaym dari Syria dg membawa surat… Ali yg mengambil surat itu dan membacanya, lalu dia memotong tangan orang Kristen itu, orang itu kemudian meninggal. (hal 195).

Meskipun pandai menghias diri dgn segala retorika ttg kebajikannya, hati
Ali penuh dgn kekejaman. Rohnya terinfeksi kanker Islam yg mengakar dalam hatinya dan membuatnya haus kekuasaan. Ali adalah seorang pembunuh berdarah dingin. Dia bisa membunuh orang tanpa ampun karena ia dibutakan oleh kekuasaannya. Ali menjerumuskan
puluhan ribu Muslim dlm kematian melawan sesama Muslim dan menendang mereka saat mereka lelah bertempur baginya. Ali dapat membunuh orang tak bersalah hanya karena mereka menghalangi posisinya dalam masy Islam.

KEMATIAN ALI

Keadaan semakin mencekik Ali. Mu’awiyah mengirim pasukan KOPASUS yg cukup besar ke teritori Ali dan menang terus. Pasukan Ali mulai mundur dari pertempuran2 dan Ali hanya bisa mengamuk pada mereka. Semakin Ali memanggil mereka, semakin mereka menjauh. Bahkan para komandannyapun menghindar dari perang yg berat. Ali, dalam amarahnya berkata pada mereka dalam mimbar khotbahnya…

“Ya kaum al-Kufah, tiap kali kalian dengar pasukan berkuda Syria datang melawanmu, tiap kali laki2 bersembunyi dirumahnya dan mengunci pintu, seperti kadal dalam lubangnya dan hyena disarangnya. Siapapun yg percaya padamu telah tertipu dan siapapun yg memanggilmu berperang, ia memanggil orang yg tak berguna. Kalian bukan lelaki sejati ketika muncul panggilan utk maju dg senjata, kalian bukan pula saudara yg dapat dipercaya dg rahasia … Betapa aku telah diuji lewat kalian! Kalian buta, bisu dan tuli.” (hal 199)

Senyum Muawiyah semakin lebar sambil menggosok2 tangannya melihat semakin melemahnya musuh. Dia semakin berani mengirim pasukan ke Hijaz (Medinah) itu sendiri ! Kampung halaman Muhamad dan tempat kelahiran Islam ! Orang2 Medinah sekarang terpecah belah. Mereka tidak mau melawan pasukan Syria. Mereka lelah dan tidak punya kekuatan. Orang2 yg sama ini, yg satu generasi sebelumnya telah banyak menjarah dan merampok suku2 Arab sekarang dipermalukan, dijarah dan dirampok. (aduhhhhh ... kasihan .... )

Ratapan penduduk Medinah : Ya Auloh, mengapa nasib kami seburuk ini ????

Jendralnya Mu’awiyah, Busr, mengambil alih Medinah, (kota pertama yg melahirkan komunitas Islam dan tempat istirahatnya Muhamad). Busr menghancurkan rumah2 penduduk dan dia berkata pada penghuni Medinah, “Penduduk Medina! Demi Aulloh, kalau saja bukan tanggung jawabku pada Mu’awiyah, aku tidak akan meninggalkan satupun laki2 dewasa hidup diantara kamu, (hal 207).

Busr terus maju ke Yaman dan melakukan hal yg sama, ditambah dg terbunuhnya gubernur daerah itu yg diangkat oleh Ali – Ubaydallah bin Abbas dan anak2nya yg masih kecil. Kejahatan Islam memang terukir dlm hati setiap muslim; entah Ali ataupun Mu’awiyah, keduanya sama saja. Kerajaan Ali mulai runtuh dan itu telah jelas bagi setiap orang.

PENGKHIANATAN IBNU ABBAS TERHADAP ALI

Ingat bagaimana Ibn Abbas dan Ali saling memaki didepan Kalifah Umar ttg kekayaan Muhammad? Sekarang Ibn Abbas sadar bahwa waktu Ali telah habis. Mu’awiyah terlalu kuat. Ia menampilkan sifat sejatinya dgn
berpikir utk cepat ambil uangnya dan lari…

Dari Tabari, volume 17, halaman 209, 210:

Keadaan Ibn Abbas ketika pergi ke Mekah dan meninggalkan Irak.

Abdallah b. Abbas menemui Abu al-Aswad al Duali, yg berkata (pd Abbas), “Jika kau seekor binatang, kau akan menjadi onta; jika kau gembala, kau tidak akan dapat mengatur (gembala2mu) dipadang rumput dan tidak tahu bagaimana mengatur mereka dg baik.

Abu al-Aswad oleh karena itu menulis pada Ali: “Allah telah membuatmu menjadi penguasa yg dipercaya oleh gembalanya dan sebuah padang rumput yg menanggung tanggung jawab bagi jemaahnya. Kita telah mengujimu dan mendapatkan kau penuh integritas dan seorang penasihat yg jujur bagi jemaahmu. Kau beri mereka harta jarahan dg penuh, kau tidak ikut2 menyita harta dunia mereka, kau tidak mengambil kekayaan mereka dan kau tidak mengambil sogokan dari pemerintah mereka. Keponakanmu, dilain pihak, telah mengambil apa yg harusnya ada dibawah otoritasnya tanpa sepengetahuanmu, dan aku tidak dapat membiarkannya tanpa sepengetahuanmu. Jadi periksalah apa yg terjadi disini, semoga Allah mengampunimu dan katakan kpd kami apa yg harus kami lakukan bagimu. Salam.”

Ali tidak bodoh. Dia ingat bagaimana Abbas berhasrat akan kekayaan Muhamad, persis seperti dirinya. Dia juga tahu bagaimana Usman jatuh reputasinya karena tindakan2 penyiksaan dari gubernur2nya. Ali mengambil tindakan.

Ali menulis tentang hal ini pada Ibn Abbas (!), yg membalas, “Apa yg kau dengar itu salah. Yang kudapat dibawah otoritasku aku jaga dg cara yg baik dan hati2. Jangan percaya akan kecurigaan ini. Salam”

Ali menulis balik, “Katakan Jizyah apa (Pajak pemerasan yg diambil dari non muslim) yg kau ambil, kapan diambilnya, dan dimana disimpannya.” Ibn Abbas menjawab, “Aku mengerti kekhawatiranmu akan perampasan yg kau dengar telah kuperbuat terhdp orang2 kaya diwilayah ini. Jadi kirim siapa saja yg kau inginkan dari provinsimu dan aku akan mempersilahkannya (berkuasa). Salam.”

Ibn Abbas kemudian memanggil pamannya dari Banu Hilal b. Amir dan al-Dahak b. Abdallah al-Hilali dan Abdallah b. Razin b. Abi Amr al-Hilali datang padanya. Lalu semua bergabung dgnnya dan membawa serta sejumlah besar harta… ini adalah uang2 dan harta2 yg dikumpulkan utk mendanai pasukan tempur dan Ibn Abbas mengambil sebanyak yg bisa ia kumpulkan. (hal 210, 211).

Beberapa orang Muslim menentang pencurian Ibn Abbas ini dan pedangpun beraksi kembali. (ahhhhh ... damainya Islam ...) Tapi Ibn Abbas punya kelompok besar pengikut yg membantunya dan mereka yg menentangnya terbunuh atau terpaksa lari. Ibn Abbas, calon cendekiawan Muslim, ternyata tidak lebih dari seorang pencuri.

Gubernur dan kerabat Ali telah merampoknya. Rumah kartu yg dibangun Ali, sang Kalifah mulai menghantam tanah. Tenggelamnya matahari Ali tidak lama lagi.

Seluk beluk pembunuhan Ali sangat menarik, tapi tidak ada yg perlu dicatat. Intinya, seorang yg terluka akan tindakan2, kegagalan2 dan muka dua Ali, memutuskan bahwa Ali mesti mati, meskipun jika itu akan menyebabkan dia sendiri mati. (Ini memang cara Islam menyelesaikan masalah : lebih seru dari KILL BILL ! ) Dia ingin membunuh Ali. Ia mengajak dua konco2nya. Ketiganya menunggu Ali meninggalkan mesjid….

Ketika Ali muncul, sang Kill Bill, Shabib, memukulnya dg pedang tapi mengenai kusen pintu; Ubn Muljam membelah kepalanya dibagian atas dg pedang (hal 216).

Ali mati tidak lama kemudian. Ia memerintah sebagai Kalifah selama lima tahun. Pelakunya tertangkap dan dibunuh. Anak Ali, Hasan mengambil alih sebagai penguasa sementara, hingga keputusan resmi dibuat mengenai siapa Kalifah berikutnya.

Ketika Aisha, pengantin anak2 Muhammad, mendengar kematian Ali, dia girang. Selama bertahun2 dia sangat membenci Ali. Kata Aisha, “dan ia ('she') melempar tongkatnya dan duduk ditahtanya, seperti seorang pengelana yg berbahagia telah pulang kerumah.” (hal 224). Aisha hidup cukup lama utk dapat menertawakan orang yg paling dibencinya. Ia wafat pada usia 6 Kebencian dalam sanak keluarga Muhamad memang berakar sangat dalam.

EPILOG

Pujian dari Hasan:


“Malam ini kau telah membunuh seseorang pada malam turunya Quran (! ), di malam diambilnya Yesus, anak Maria, dan dimalam dibunuhnya Joshua anak dari Nun, juaranya Musa. Demi Allah, tak seorangpun yg mendahuluinya berada didepannya dan tak seorangpun dibelakangnya akan mengejarnya. Demi Allah, jika sang Nabi mengirimnya utk menjarah , Jibril ada ditangan kanannya dan Mikael ada ditangan kirinya.”

Jibril dan Mikael meninggalkan Ali seperti juga pendukung2 awalnya. Pada akhirnya, tak seorangpun kelihatan memperhatikan jabatan Ali. Kekalifan yg begitu dirindukannya sekarang terasa spt obat pahit. Ali tidak berakhir sbg pejuang muslim yg bangga. Dia berakhir seperti seekor singa tua, usang dan diabaikan, yg pelahan mengalah pada sekelompok hyena.

IKHTISAR

Setelah Muhammad mati, segalanya berubah. Ali yg sebenarnya, Ali sejati, muncul; muslim sebenarnya, muslim sejati, muncul. Tanpa kendali Muhamad, isi hati mereka terkuak. Ali adalah manusia dgn sifat baik dan buruk. Tragisnya, racun Islam memperkuat sisi jahatnya. Ali tahu bagaimana mempertahankan kebutuhan eksternal Islam, tapi secara internal, ia sejahat orang lalim manapun.

Kekalifahan Ali nampak seperti tragedi MAFIA. Dari pembunuhan Usman, Ali memikul bencana demi bencana. Ali ternodai oleh pembunuhan Usman, rebutan kekuasaan dgn rekan2nya, melawan istri tercinta Muhammad, Aisha, ditantang anak dari musuh keluarganya – Mu’awiyah. Ali mengalirkan darah puluhan ribu muslim, pasukannya sendiri mengkhianatinya. Akhirnya, ia terbunuh, dg cara lebih memalukan dari pembunuhan Usman.


DISKUSI – CICIPI BUAH 'DA HAPPY FAMILY OF ISLAM'


Mana kalau begitu buah kerohanian Islam ? Yg kita lihat selama ini adalah tokoh2 penting Islam menghasilkan perang, berbohong, pembunuhan, saling menuduh, mengkhianat, mencuri & benci.

Mana kwalitas “kerohanian” Ali, Mu’awiyah, Ibn Abbas, atau Aisha ? Malah kita melihat keluarga rusak mirip GANGSTA2 yg begitu patuh akan segala ritual BLING BLING tapi didalamnya, mereka bobrok dan miskin secara rohani.

Mari kita rangkum beberapa buah yg kita telah lihat.

ALI

Ali adalah menantunya Muhamad. Ambisi egoisnya menghalalkan segala cara, bahkan menghadapkan Muslim pada sesama Muslim. Bukannya menindak para pembunuh Usman, ia berpihak pada para pembunuh. Setelah pura-pura tidak ingin menjadi Kalifah, sekali gelar itu diberikan, dia berpegang erat2 dg segala kekuatannya. Dia menjerumuskan ribuan Muslim pada kematian. Mereka dikorbankan demi kejayaannya. Dia tidak menunjukkan rasa terimakasih atas pengorbanan mereka. Ketika bertemu Kristen yang meninggalkan Islam karena mereka sadar bahwa Islam = agama mafia alias KILL BILL, dia menghabisi mereka.

IBN ABBAS

Ibn Abbas adalah sepupu Muhamad. Ketika Ali mempertanyakannya mengenai manajemen provinsinya, Ibn Abbas berbohong. Ketika Ibn Abbas sadar bahwa Ali mempertanyakan pajak penduduk (yg notabene tidak adil, anyway !), ia malah cabut dgn segala harta yg sanggup dibawanya. Ketika dihadang sesama Muslim, Ibn Abbas malah membunuh mereka. Pembunuh, penipu dan maling ini belakangan dikenal sebagai Cendekiawan Islam Terbesar !

AISHA

Dia adalah istri favorit Muhammad. Ia sumber ribuan riwayat Muhamad, yg dijadikan doktrin2 Islam. Tapi soal kerabatnya sendiri, Ali, rasa bencinya begitu dalam hingga ia bergembira atas kematiannya ! Perempuan yg digenjoti Muhamad saat anak2 ternyata balik menggenjoti anggota2 keluarganya sendiri. Mana rasa maaf, kasih, kerukunan dalam hatinya ? Inilah yg disebut 'Ummi Mukminin' ?

IBN ABU BAKR dan IBN UMAR

Ini adalah anak2 dari dua kalifah pertama. Ibn Abu Bakr ikut serta dalam pembunuhan Usman – Dia salah seorang pemimpinnya. Ibn Umar kabur ke Syria ketika situasi mulai memanas di Hijaz. Keduanya saing bertempur satu sama lain. Ironis ! Apa isi Islam kalau anak2 Kalifah beriman ini saling mengasah pedang mereka pada leher sesama ? Anak2 ini adalah buah dari Islam. Perbuatan jasmani mereka ternyata diikuti oleh generasi2 berikutnya.

PERTANYAAN DAN KOMENTAR

Jika Islam benar2 punya nilai spiritual/rohani bukankah seharusnya kita melihat karakter2 yg lebih baik dari ini?

Seperti banyak orang saat ini yg menjadi Muslim dan meninggalkannya tidak lama kemudian, mereka sadar bahwa setelah bulan madu dgn Islam selesai, mereka akan memuntahkannya. Islam jauh lebih rusak dari yang mereka sadari. Islam tidak menawarkan ketuhanan, melainkan buah2 jasmani yg penuh darah.

---------------------------------
BIBLIOGRAFI

al-Tabari, "The History of al-Tabari", (Ta'rikh al-rusul wa'l-muluk), State University of New York Press, 1993





No comments: